Asal-usul
Ramayana menceritakan bahwa Sita bukan putri kandung Janaka. Suatu ketika Kerajaan Wideha dilanda kelaparan. Janaka sebagai raja melakukan upacara atau yadnya
di suatu area ladang antara lain dengan cara membajak tanahnya.
Ternyata mata bajak Janaka membentur sebuah peti yang berisi bayi
perempuan. Bayi itu dipungutnya menjadi anak angkat dan dianggap sebagai
titipan Pertiwi, dewi bumi dan kesuburan.
Sita dibesarkan di istana Mithila, ibu kota Wideha oleh Janaka dan
Sunayana, permaisurinya. Setelah usianya menginjak dewasa, Janaka pun
mengadakan sebuah sayembara
untuk menemukan pasangan yang tepat bagi putrinya itu. Sayembara
tersebut adalah membentangkan busur pusaka maha berat anugerah Dewa Siwa, dan dimenangkan oleh Sri Rama, seorang pangeran dari Kerajaan Kosala. Setelah menikah, Sita pun tinggal bersama suaminya di Ayodhya, ibu kota Kosala.
Masa pembuangan
Rama, Laksmana, dan Sita saat menjalani kehidupan di hutan.
Selanjutnya dikisahkan, ibu tiri Rama yang bernama Kaikeyi lebih menginginkan putra kandungnya, yaitu Bharata yang menjadi raja Ayodhya, bukan Rama. Kaikeyi pun mendesak Dasarata agar membuang Rama ke hutan selama 14 tahun.
Dasarata yang terikat sumpah terpaksa menuruti permintaan istri
keduanya itu. sebagai putra yang berbakti, Rama pun menjalani keputusan
itu dengan ikhlas. Sita yang setia mengikuti perjalanan Rama, begitu
pula adik Rama yang lahir dari ibu lain, yaitu Laksmana. Ketiganya meninggalkan istana Ayodhya untuk memulai hidup di dalam hutan.
Di dalam hutan belantara dan pegunungan, Rama, Sita, dan Laksmana
banyak bergaul dengan para pendeta dan brahmana sehingga menambah ilmu
pengetahuan dan kepandaian mereka.
Penculikan oleh Rahwana
Rahwana adalah raja bangsa Rakshasa dari Kerajaan Alengka. Pasukannya yang bertugas di Janastana habis ditumpas Rama karena mereka gemar mengganggu kaum brahmana. Rahwana pun melakukan pembalasan ditemani pembantunya yang bernama Marica.
Mula-mula Marica menyamar menjadi seekor kijang berbulu keemasan dan
menampakkan diri di depan pondok Rama. Menyaksikan keindahan kijang
tersebut, Sita menjadi tertarik dan ingin memilikinya. Karena terus
didesak, Rama akhirnya mengejar dan berusaha menangkapnya.
Tiba-tiba terdengar suara jeritan Rama di kejauhan. Sita pun menyuruh Laksmana
untuk menyusul suaminya itu. Namun Laksmana yakin kalau kijang tersebut
adalah jelmaan raksasa yang sekaligus meniru suara jeritan Rama. Sita
marah mendengar jawaban Laksmana dan menuduh adik iparnya itu berkhianat
dan memiliki maksud kurang baik.
Laksmana tersinggung mendengar tuduhan Sita. Sebelum pergi, ia lebih
dulu menciptakan pagar gaib berupa garis pelindung yang mengelilingi
pondok tempat Sita menunggu. Setelah kepergian Laksmana muncul seorang brahmana tua yang kehausan dan minta diberi minum. Namun ia tidak dapat memasuki pondok karena terhalang pagar gaib Laksmana.
Sita yang merasa kasihan mengulurkan tangannya untuk memberi minum
sang brahmana tua. Tiba-tiba brahmana itu menarik lengan Sita dan
membawanya kabur. Brahmana tersebut tidak lain adalah samaran Rahwana.
Ia menggendong tubuh Sita dan membawanya terbang di udara.
Suara tangisan Sita terdengar oleh seekor burung tua bernama Jatayu, yang bersahabat dengan Dasarata
ayah Rama. Jatayu menyerang Rahwana namun ia justru mengalami kekalahan
dan terluka parah. Sita tetap dibawa kabur oleh Rahwana namun ia sempat
menjatuhkan perhiasannya di tanah sebagai petunjuk untuk Rama.
Dalam istana Alengka
Sita saat ditawan di Taman Asoka di Alengka (Lukisan karya Kailash Raj)
Sesampainya di istana Kerajaan Alengka
yang terletak di kota Trikuta, Sita pun ditawan di dalam sebuah taman
yang sangat indah, bernama Taman Asoka. Di sekelilingnya ditempatkan
para raksasi yang bermuka buruk dan bersifat jahat namun dungu. Selama
ditawan di istana Alengka, Sita selalu berdoa dan berharap Rama datang menolongnya.
Pada suatu hari muncul seekor Wanara datang menemuinya. Ia mengaku bernama Hanoman,
utusan Sri Rama. Sebagai bukti Hanoman menyerahkan cincin milik Sita
yang dulu dibuangnya di hutan ketika ia diculik Rahwana. Cincin tersebut
telah ditemukan oleh Rama.
Hanoman membujuk Sita supaya bersedia meninggalkan Alengka bersama
dirinya. Sita menolak karena ia ingin Rama yang datang sendiri ke
Alengka untuk merebutnya dari tangan Rahwana dengan gagah berani.
Hanoman dimintanya untuk kembali dan menyampaikan hal itu.
Ujian kesucian
Berkat bantuan Sugriwa raja bangsa Wanara, serta Wibisana adik Rahwana, Rama berhasil mengalahkan Kerajaan Alengka. Setelah kematian Rahwana, Rama pun menyuruh Hanoman
untuk masuk ke dalam istana menjemput Sita. Hal ini sempat membuat Sita
kecewa karena ia berharap Rama yang datang sendiri dan melihat secara
langsung tentang keadaannya.
Setelah mandi dan bersuci, Sita menemui Rama. Rupanya Rama merasa
sangsi terhadap kesucian Sita karena istrinya itu tinggal di dalam
istana musuh dalam waktu yang cukup lama. menyadari hal itu, Sita pun
menyuruh Laksmana untuk mengumpulkan kayu bakar sebanyak-banyaknya dan
membuat api unggun. Tak lama kemudian Sita melompat ke dalam api
tersebut. Dari dalam api tiba-tiba muncul Dewa Brahma dan Dewa Agni mengangkat tubuh Sita dalam keadaan hidup. Hal ini membuktikan kesucian Sita sehingga Rama pun dengan lega menerimanya kembali.
Kehidupan selanjutnya
Setelah pulang ke Ayodhya, Rama, Sita, dan Laksmana disambut oleh Bharata dengan upacara kebesaran. Bharata kemudian menyerahkan takhta kerajaan kepada Rama sebagai raja. Dalam pemerintahan Rama terdengar desas-desus di kalangan rakyat jelata yang meragukan kesucian Sita di dalam istana Rahwana.
Rama
merasa tertekan mendengar suara sumbang tersebut. Ia akhirnya memutuskan
untuk membuang Sita yang sedang mengandung ke dalam hutan. Dalam
pembuangannya itu, Sita ditolong seorang resi bernama Walmiki dan diberi tempat tinggal.
Beberapa waktu kemudian, Sita melahirkan sepasang anak kembar diberi nama Lawa dan Kusa. Keduanya dibesarkan dalam asrama Resi Walmiki dan diajari nyanyian yang mengagungkan nama Ramacandra, ayah mereka.
Suatu ketika Rama mengadakan upacara Aswamedha.
Ia melihat dua pemuda kembar muncul dan menyanyikan sebuah lagu indah
yang menceritakan tentang kisah perjalanan dirinya dahulu. Rama pun
menyadari kalau kedua pemuda yang tersebut yang tidak lain adalah Lawa
dan Kusa merupakan anak-anaknya sendiri.
Akhir riwayat
Atas permintaan Rama melalui Lawa dan Kusa, Sita pun dibawa kembali ke Ayodhya.
Namun masih saja terdengar desas-desus kalau kedua anak kembar tersebut
bukan anak kandung Rama. Mendengar hal itu, Sita pun bersumpah jika ia
pernah berselingkuh maka bumi tidak akan sudi menerimanya.
Tiba-tiba bumi pun terbelah. Dewi Pertiwi
muncul dan membawa Sita masuk ke dalam tanah. Menyaksikan hal itu Rama
sangat sedih. Ia pun menyerahkan takhta Ayodhya dan setelah itu bertapa
di Sungai Gangga sampai akhir hayatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar