Rabu, 07 Maret 2012

kehidupan


  Pacarku beda agama
oleh teman.....
Aku menurunkan kalung salib yang tergantung dimobilku, kalung salib oleh-oleh dari omku waktu ziarah ke tanah perjanjian. Kalung itu sudah menghiasi mobilku sejak 3 tahun yang lalu, tepatnya sejak mobil Yaris ini aku miliki. Tapi hari ini ketika aku mau menemui Bundanya Ilham, aku ingin menyembunyikannya di laci mobilku. Aku tidak ingin kalung salib itu menjadi sesuatu penghalang bagi pertemuan kami. Hati kecilku berontak:” Dasar pengkhianat, kamu benar-benar seperti Petrus yang menyangkal Yesus, saat Dia mau disalibkan.” Aku ingin membujuk hati kecilku untuk tidak mengoceh, paling tidak sampai saat pertemuan sore ini berlalu. Tapi hati kecilku tetap bandel dan terus-terusan bilang, bahwa aku pengkhianat. Aku menyerah, perasaan bersalah menyelinap pelan menyentuh sanubariku, membuatku menghela nafas dalam. :” Untuk hari ini saja Tuhan, ampuni aku” Pintaku serius.
Aku mengeluarkan selendang biru yang aku beli kemarin, persiapan kalau aku harus menutup rambutku ketika bertemu dengan Bundanya Ilham.
Hai Mariam…” Ilham menyambutku ramah. Aku mengkerutkan keningku mendengar namaku dipanggil. Namaku Maria…tanpa “m”, tapi sore ini Ilham menambahkan “m” dibelakang namaku. Sekali lagi aku menghela nafas panjang. “Seberat inikah memperjuangkan cinta diantara perbedaan? “ Keluhku dalam hati.
Bunda Ilham menyambutku memperhatikanku dari atas sampai bawah. Sepertinya beliau kurang suka melihat aku yang tidak menutup kepalaku.
Aku mengurai senyumku, berharap dengan senyumanku suasana akan mencair, tapi harapanku sia-sia terbang dibawa angin. Suasana tetap tampak tegang.
Kapan kalian menikah?” Pertanyaan yang membuatku reflek menelan makanan yang baru mengetuk pintu kerongkonganku, aku jadi tersedak. “Kapan kami menikah?” Pertanyaan yang aku dan Ilhampun sampai sekarang belum mampu menjawabnya.
Apa lagi yang kalian tunggu?” Bunda Ilham melanjutkan tanpa menunggu jawabanku.
Apa yang kami tunggu?” Aku mengulang pertanyaan itu dalam hati. Kami menunggu kata sepakat. Apakah kami akan menikah dengan salah satu dari kami mengalah untuk pindah keyakinan, atau tetap dengan agama kami masing-masing.
Sebetulnya pacaran itu tidak boleh.” Bunda Ilham melanjutkan lagi, beliau bicara tanpa perlu menunggu jawabanku.
Kalian tahu ada yang disebut hubungan nonmahram, yaitu larangan berkhalwat (berdua-duaan). Ada pula aturan yang lain, yaitu jika ingin berbicara dengan nonmahram, maka seorang perempuan harus didampingi oleh mahram aslinya. Misalnya, seorang siswi SMU yang ingin berbicara dengan temannya yang laki-laki harus ditemani oleh bapaknya atau kakaknya. Dengan demikian, hubungan nonmahram yang melanggar aturan di atas adalah haram. Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.? Renungkan nasehat Bunda ini, kalian mengerti kan maksud Bunda?” Kata Bunda Ilham lagi. Aku terdiam. Ilham yang menjawab: “ Ya bunda kami mengerti.”
Dan kamu Mariam, kamu mengerti maksud saya kan?” Tanpa di duga Bunda Ilham bertanya langsung padaku yang membuat aku gelagapan.
Ya bu saya mengerti. “ Jawabku pelan. Sangat pelan, sampai aku sendiri tak mampu menangkap suaraku dengan jelas.
Hari ke 3 sejak pertemuan di rumah Ilham itu, dia menemuiku.
Maria,.” Ilham memanggilku tanpa menambah “m” lagi.
Ya.”
Bunda terus mendesakku.”
Aku tahu, tapi kita berdua sama-sama tahu, bahwa kita sedang memutuskan sesuatu yang sangat sulit.” Jawabku. Aku melihat Ilham yang diam begitu saja. Aku sangat mengerti pasti Ilham juga menemui kebingungan yang kadarnya sama tingginya denganku.
Belum lagi bila kami harus bertemu mamaku, pasti kesulitan baru akan kami temui, karena dengan mudah mama akan mengenali siapa seorang Ilham dari namanya saja, tak mungkin bagiku mengubah nama Ilham, semudah Ilham mengubah namaku. Dan aku akan bisa menebak apa yang akan dikatakan mama, akupun bisa memprediksi seberapa dasyat mama akan marah. Oleh karena itulah sampai hari ini, aku tak pernah berani membawa Ilham bertemu mama.
Tuhan kenapa cintaku harus jatuh pada Ilham, kenapa Engkau tak mengatur hatiku untuk mencintai pria lain?” Protesku pada Tuhan.
Apa Tuhan senang melihatku menghadapi kesulitan seperti ini?” Aku belum berhenti protes padaNya.
Maria…,” Ilham memanggilku lagi, membuatku menghentikan protesku pada Tuhan.
Ya.” Jawabku pendek. Aku melihat Ilham mengeluarkan sesuatu dari tas ranselnya.
Kamu tidak ingin seperti mereka?” Tanya Ilham dengan kelembutan yang selalu membuatku jatuh cinta. Aku melihat majalah yang diserahkannya padaku. Majalah itu berisi tentang artis-artis yang menjadi mualaf. Sekali lagi aku menyapu wajah Ilham dengan tatapanku.
Ilham, boleh aku bicara, tapi aku mohon jangan tersinggung ya?” Kataku, berusaha sepelan dan sehalus mungkin.
Bicaralah.” Kata Ilham dengan suara lembutnya, yang membuatku selalu merasa nyaman mendengarnya.
Banyak juga artis-artis yang masuk Kristen, dan kalau kamu membaca cerita mereka dari versi agama kami. Mereka itu mengatakan bahwa mereka telah menemukan jalan terang ketika mengenal Yesus. Kesaksian mereka sangat mengharukan bila kami baca, aku ulangi lagi ‘kami’ baca. Bagaimana perjuangannya menghadapi tentangan dari lingkunganya, dari keluarga dekatnya dan demi Yesus kristus, mereka rela meninggalkan keluarganya, rela menderita. Bagi kami mereka yang baru memeluk agama Kristen ini adalah orang-orang yang dahulu berjalan dalam kegelapan dan sekarang menemukan terang. Jadi menurutku, apabila kita memasuki agama baru dan meninggalkan agama lama kita, tentu bagi agama baru kita kita telah menemukan jalan terang, tapi bagi agama yang kita tinggalkan kita dianggap telah menuju kegelapan.”
Ilham terdiam mendengar khotbahku yang tanpa persiapan, tapi sepertinya dia setuju dengan kata-kataku barusan.
Kita akhiri pembicaraan kita ini sementara ya…? Sampai kita akan menemukan titik temu dan mengambil keputusan terbaik.” Pintaku pada Ilham. Pria lembut itu mengangguk. Dan kamipun berpisah.
Sambil berjalan menuju mobil tiba-tiba pikiranku melayang….seandainya aku jadi menikah dengan Ilham, bisa terjadi kemungkinan sepanjang hidupnya Ilham akan selalu merasa bersedih, karena tak bisa membawaku mengikuti kepercayaannya, mungkin dia akan berpikir, bagaimana aku bisa masuk surga, sedangkan aku terus dalam kegelapan, dan kesedihannya akan bertambah, karena aku juga tidak akan menutup kepalaku seperti keinginannya.
Akupun bisa jadi berlaku demikian juga sepanjang hidupku aku akan merasa bersedih, karena tidak bisa membawa Ilham kedalam kepercayaanku dan itu artinya binasa. Belum lagi bocah-bocah kecil yang akan ada diantara kami, tentu akan menimbulkan masalah tersendiri bila kepercayaan kami berbeda, tapi bPacarku beda agamaila salah satu diantara kami harus berpindah keyakinan, itupun rasanya sangat mustahil.
Aku menjalanlan mobilku pelan, kalung salib sudah kembali tergantung di tempatnya.
Bagiku jalan keselamatan dan hidup ada pada Yesus, dan ternyata hatiku tak mampu menukar kepercayaanku dengan yang lain. Walaupun untuk menukarnya aku akan mendapat hadiah “cinta seorang Ilham.” Tapi hati kecilku tak mampu kubohongi, aku meyakini kepercayaanku seteguh Ilham meyakini kepercayaannnya. Dan kepercayaan memang tak mungkin diperdebatkan, karena mustahil menemukan titik temu.
Aku menarik nafasku, aku sudah bisa mengambil keputusan hari ini. Aku tak mungkin meneruskan hubunganku dengan Ilham, karena kalau aku nekat melakukannya berarti aku telah dengan sadar teken kontrak dengan apa yang disebut masalah.

Kamis, 02 Februari 2012

semar

Sejarah Semar

Semar dikisahkan sebagai abdi atau hamba tokoh utama cerita tersebut, yaitu Sahadewa dari keluarga Pandawa. Tentu saja peran Semar tidak hanya sebagai pengikut saja, melainkan juga sebagai pelontar humor untuk mencairkan suasana yang tegang.
Pada zaman berikutnya, ketika kerajaan-kerajaan Islam berkembang di Pulau Jawa, pewayangan pun dipergunakan sebagai salah satu media dakwah. Kisah-kisah yang dipentaskan masih seputar Mahabharata yang saat itu sudah melekat kuat dalam memori masyarakat Jawa. Salah satu ulama yang terkenal sebagai ahli budaya, misalnya Sunan Kalijaga. Dalam pementasan wayang, tokoh Semar masih tetap dipertahankan keberadaannya, bahkan peran aktifnya lebih banyak daripada dalam kisah Sudamala.
Dalam perkembangan selanjutnya, derajat Semar semakin meningkat lagi. Para pujangga Jawa dalam karya-karya sastra mereka mengisahkan Semar bukan sekadar rakyat jelata biasa, melaikan penjelmaan Batara Ismaya, kakak dari Batara Guru, raja para dewa.

Asal-Usul dan Kelahiran


Terdapat beberapa versi tentang kelahiran atau asal-usul Semar. Namun semuanya menyebut tokoh ini sebagai penjelmaan dewa.
Dalam naskah Serat Kanda dikisahkan, penguasa kahyangan bernama Sanghyang Nurrasa memiliki dua orang putra bernama Sanghyang Tunggal dan Sanghyang Wenang. Karena Sanghyang Tunggal berwajah jelek, maka takhta kahyangan pun diwariskan kepada Sanghyang Wenang. Dari Sanghyang Wenang kemudian diwariskan kepada putranya yeng bernama Batara Guru. Sanghyang Tunggal kemudian menjadi pengasuh para kesatria keturunan Batara Guru, dengan nama Semar.
Dalam naskah Paramayoga dikisahkan, Sanghyang Tunggal adalah anak dari Sanghyang Wenang. Sanghyang Tunggal kemudian menikah dengan Dewi Rakti, seorang putri raja jin kepiting bernama Sanghyang Yuyut. Dari perkawinan itu lahir sebutir mustika berwujud telur yang kemudian berubah menjadi dua orang pria. Keduanya masing-masing diberi nama Ismaya untuk yang berkulit hitam, dan Manikmaya untuk yang berkulit putih. Ismaya merasa rendah diri sehingga membuat Sanghyang Tunggal kurang berkenan. Takhta kahyangan pun diwariskan kepada Manikmaya, yang kemudian bergelar Batara Guru. Sementara itu Ismaya hanya diberi kedudukan sebagai penguasa alam Sunyaruri, atau tempat tinggal golongan makhluk halus. Putra sulung Ismaya yang bernama Batara Wungkuham memiliki anak berbadan bulat bernama Janggan Smarasanta, atau disingkat Semar. Ia menjadi pengasuh keturunan Batara Guru yang bernama Resi Manumanasa dan berlanjut sampai ke anak-cucunya. Dalam keadaan istimewa, Ismaya dapat merasuki Semar sehingga Semar pun menjadi sosok yang sangat ditakuti, bahkan oleh para dewa sekalipun. Jadi menurut versi ini, Semar adalah cucu dari Ismaya.
Dalam naskah Purwakanda dikisahkan, Sanghyang Tunggal memiliki empat orang putra bernama Batara Puguh, Batara Punggung, Batara Manan, dan Batara Samba. Suatu hari terdengar kabar bahwa takhta kahyangan akan diwariskan kepada Samba. Hal ini membuat ketiga kakaknya merasa iri. Samba pun diculik dan disiksa hendak dibunuh. Namun perbuatan tersebut diketahui oleh ayah mereka. Sanghyang Tunggal pun mengutuk ketiga putranya tersebut menjadi buruk rupa. Puguh berganti nama menjadi Togog sedangkan Punggung menjadi Semar. Keduanya diturunkan ke dunia sebagai pengasuh keturunan Samba, yang kemudian bergelar Batara Guru. Sementara itu Manan mendapat pengampunan karena dirinya hanya ikut-ikutan saja. Manan kemudian bergelar Batara Narada dan diangkat sebagai penasihat Batara Guru.
Dalam naskah Purwacarita dikisahkan, Sanghyang Tunggal menikah dengan Dewi Rekatawati putra Sanghyang Rekatatama. Dari perkawinan itu lahir sebutir telur yang bercahaya. Sanghyang Tunggal dengan perasaan kesal membanting telur itu sehingga pecah menjadi tiga bagian, yaitu cangkang, putih, dan kuning telur. Ketiganya masing-masing menjelma menjadi laki-laki. Yang berasal dari cangkang diberi nama Antaga, yang berasal dari putih telur diberi nama Ismaya, sedangkan yang berasal dari kuningnya diberi nama Manikmaya. Pada suatu hari Antaga dan Ismaya berselisih karena masing-masing ingin menjadi pewaris takhta kahyangan. Keduanya pun mengadakan perlombaan menelan gunung. Antaga berusaha melahap gunung tersebut dengan sekali telan namun justru mengalami kecelakaan. Mulutnya robek dan matanya melebar. Ismaya menggunakan cara lain, yaitu dengan memakan gunung tersebut sedikit demi sedikit. Setelah melewati bebarpa hari seluruh bagian gunung pun berpindah ke dalam tubuh Ismaya, namun tidak berhasil ia keluarkan. Akibatnya sejak saat itu Ismaya pun bertubuh bulat. Sanghyang Tunggal murka mengetahui ambisi dan keserakahan kedua putranya itu. Mereka pun dihukum menjadi pengasuh keturunan Manikmaya, yang kemudian diangkat sebagai raja kahyangan, bergelar Batara Guru. Antaga dan Ismaya pun turun ke dunia. Masing-masing memakai nama Togog dan Semar.

Silsilah dan Keluarga

Dalam pewayangan dikisahkan, Batara Ismaya sewaktu masih di kahyangan sempat dijodohkan dengan sepupunya yang bernama Dewi Senggani. Dari perkawinan itu lahir sepuluh orang anak, yaitu:
  • Batara Wungkuham
  • Batara Surya
  • Batara Candra
  • Batara Tamburu
  • Batara Siwah
  • Batara Kuwera
  • Batara Yamadipati
  • Batara Kamajaya
  • Batara Mahyanti
  • Batari Darmanastiti
Semar sebagai penjelmaan Ismaya mengabdi untuk pertama kali kepada Resi Manumanasa, leluhur para Pandawa. Pada suatu hari Semar diserang dua ekor harimau berwarna merah dan putih. Manumanasa memanah keduanya sehingga berubah ke wujud asli, yaitu sepasang bidadari bernama Kanistri dan Kaniraras. Berkat pertolongan Manumanasa, kedua bidadari tersebut telah terbebas dari kutukan yang mereka jalani. Kanistri kemudian menjadi istri Semar, dan biasa dipanggil dengan sebutan Kanastren. Sementara itu, Kaniraras menjadi istri Manumanasa, dan namanya diganti menjadi Retnawati, karena kakak perempuan Manumanasa juga bernama Kaniraras.

Pasangan Panakawan / Punokawan

Dalam pewayangan Jawa Tengah, Semar selalu disertai oleh anak-anaknya, yaitu Gareng, Petruk, dan Bagong. Namun sesungguhnya ketiganya bukan anak kandung Semar. Gareng adalah putra seorang pendeta yang mengalami kutukan dan terbebas oleh Semar. Petruk adalah putra seorang raja bangsa Gandharwa. Sementara Bagong tercipta dari bayangan Semar berkat sabda sakti Resi Manumanasa.
Dalam pewayangan Sunda, urutan anak-anak Semar adalah Cepot, Dawala, dan Gareng. Sementara itu, dalam pewayangan Jawa Timuran, Semar hanya didampingi satu orang anak saja, bernama Bagong, yang juga memiliki seorang anak bernama Besut.

rama shinta

                                           Asal-usul

Ramayana menceritakan bahwa Sita bukan putri kandung Janaka. Suatu ketika Kerajaan Wideha dilanda kelaparan. Janaka sebagai raja melakukan upacara atau yadnya di suatu area ladang antara lain dengan cara membajak tanahnya. Ternyata mata bajak Janaka membentur sebuah peti yang berisi bayi perempuan. Bayi itu dipungutnya menjadi anak angkat dan dianggap sebagai titipan Pertiwi, dewi bumi dan kesuburan.
Sita dibesarkan di istana Mithila, ibu kota Wideha oleh Janaka dan Sunayana, permaisurinya. Setelah usianya menginjak dewasa, Janaka pun mengadakan sebuah sayembara untuk menemukan pasangan yang tepat bagi putrinya itu. Sayembara tersebut adalah membentangkan busur pusaka maha berat anugerah Dewa Siwa, dan dimenangkan oleh Sri Rama, seorang pangeran dari Kerajaan Kosala. Setelah menikah, Sita pun tinggal bersama suaminya di Ayodhya, ibu kota Kosala.

Masa pembuangan

Rama, Laksmana, dan Sita saat menjalani kehidupan di hutan.
(Lukisan dari Museum Seni San Diego)
Selanjutnya dikisahkan, ibu tiri Rama yang bernama Kaikeyi lebih menginginkan putra kandungnya, yaitu Bharata yang menjadi raja Ayodhya, bukan Rama. Kaikeyi pun mendesak Dasarata agar membuang Rama ke hutan selama 14 tahun.
Dasarata yang terikat sumpah terpaksa menuruti permintaan istri keduanya itu. sebagai putra yang berbakti, Rama pun menjalani keputusan itu dengan ikhlas. Sita yang setia mengikuti perjalanan Rama, begitu pula adik Rama yang lahir dari ibu lain, yaitu Laksmana. Ketiganya meninggalkan istana Ayodhya untuk memulai hidup di dalam hutan.
Di dalam hutan belantara dan pegunungan, Rama, Sita, dan Laksmana banyak bergaul dengan para pendeta dan brahmana sehingga menambah ilmu pengetahuan dan kepandaian mereka.

Penculikan oleh Rahwana

Rahwana menculik Sita dan membunuh Jatayu - oleh Raja Ravi Varma.
Rahwana adalah raja bangsa Rakshasa dari Kerajaan Alengka. Pasukannya yang bertugas di Janastana habis ditumpas Rama karena mereka gemar mengganggu kaum brahmana. Rahwana pun melakukan pembalasan ditemani pembantunya yang bernama Marica.
Mula-mula Marica menyamar menjadi seekor kijang berbulu keemasan dan menampakkan diri di depan pondok Rama. Menyaksikan keindahan kijang tersebut, Sita menjadi tertarik dan ingin memilikinya. Karena terus didesak, Rama akhirnya mengejar dan berusaha menangkapnya.
Tiba-tiba terdengar suara jeritan Rama di kejauhan. Sita pun menyuruh Laksmana untuk menyusul suaminya itu. Namun Laksmana yakin kalau kijang tersebut adalah jelmaan raksasa yang sekaligus meniru suara jeritan Rama. Sita marah mendengar jawaban Laksmana dan menuduh adik iparnya itu berkhianat dan memiliki maksud kurang baik.
Laksmana tersinggung mendengar tuduhan Sita. Sebelum pergi, ia lebih dulu menciptakan pagar gaib berupa garis pelindung yang mengelilingi pondok tempat Sita menunggu. Setelah kepergian Laksmana muncul seorang brahmana tua yang kehausan dan minta diberi minum. Namun ia tidak dapat memasuki pondok karena terhalang pagar gaib Laksmana.
Sita yang merasa kasihan mengulurkan tangannya untuk memberi minum sang brahmana tua. Tiba-tiba brahmana itu menarik lengan Sita dan membawanya kabur. Brahmana tersebut tidak lain adalah samaran Rahwana. Ia menggendong tubuh Sita dan membawanya terbang di udara.
Suara tangisan Sita terdengar oleh seekor burung tua bernama Jatayu, yang bersahabat dengan Dasarata ayah Rama. Jatayu menyerang Rahwana namun ia justru mengalami kekalahan dan terluka parah. Sita tetap dibawa kabur oleh Rahwana namun ia sempat menjatuhkan perhiasannya di tanah sebagai petunjuk untuk Rama.

Dalam istana Alengka

Sita saat ditawan di Taman Asoka di Alengka (Lukisan karya Kailash Raj)
Sesampainya di istana Kerajaan Alengka yang terletak di kota Trikuta, Sita pun ditawan di dalam sebuah taman yang sangat indah, bernama Taman Asoka. Di sekelilingnya ditempatkan para raksasi yang bermuka buruk dan bersifat jahat namun dungu. Selama ditawan di istana Alengka, Sita selalu berdoa dan berharap Rama datang menolongnya.
Pada suatu hari muncul seekor Wanara datang menemuinya. Ia mengaku bernama Hanoman, utusan Sri Rama. Sebagai bukti Hanoman menyerahkan cincin milik Sita yang dulu dibuangnya di hutan ketika ia diculik Rahwana. Cincin tersebut telah ditemukan oleh Rama.
Hanoman membujuk Sita supaya bersedia meninggalkan Alengka bersama dirinya. Sita menolak karena ia ingin Rama yang datang sendiri ke Alengka untuk merebutnya dari tangan Rahwana dengan gagah berani. Hanoman dimintanya untuk kembali dan menyampaikan hal itu.

Ujian kesucian

Berkat bantuan Sugriwa raja bangsa Wanara, serta Wibisana adik Rahwana, Rama berhasil mengalahkan Kerajaan Alengka. Setelah kematian Rahwana, Rama pun menyuruh Hanoman untuk masuk ke dalam istana menjemput Sita. Hal ini sempat membuat Sita kecewa karena ia berharap Rama yang datang sendiri dan melihat secara langsung tentang keadaannya.
Setelah mandi dan bersuci, Sita menemui Rama. Rupanya Rama merasa sangsi terhadap kesucian Sita karena istrinya itu tinggal di dalam istana musuh dalam waktu yang cukup lama. menyadari hal itu, Sita pun menyuruh Laksmana untuk mengumpulkan kayu bakar sebanyak-banyaknya dan membuat api unggun. Tak lama kemudian Sita melompat ke dalam api tersebut. Dari dalam api tiba-tiba muncul Dewa Brahma dan Dewa Agni mengangkat tubuh Sita dalam keadaan hidup. Hal ini membuktikan kesucian Sita sehingga Rama pun dengan lega menerimanya kembali.

Kehidupan selanjutnya

Setelah pulang ke Ayodhya, Rama, Sita, dan Laksmana disambut oleh Bharata dengan upacara kebesaran. Bharata kemudian menyerahkan takhta kerajaan kepada Rama sebagai raja. Dalam pemerintahan Rama terdengar desas-desus di kalangan rakyat jelata yang meragukan kesucian Sita di dalam istana Rahwana.
Rama merasa tertekan mendengar suara sumbang tersebut. Ia akhirnya memutuskan untuk membuang Sita yang sedang mengandung ke dalam hutan. Dalam pembuangannya itu, Sita ditolong seorang resi bernama Walmiki dan diberi tempat tinggal.
Beberapa waktu kemudian, Sita melahirkan sepasang anak kembar diberi nama Lawa dan Kusa. Keduanya dibesarkan dalam asrama Resi Walmiki dan diajari nyanyian yang mengagungkan nama Ramacandra, ayah mereka.
Suatu ketika Rama mengadakan upacara Aswamedha. Ia melihat dua pemuda kembar muncul dan menyanyikan sebuah lagu indah yang menceritakan tentang kisah perjalanan dirinya dahulu. Rama pun menyadari kalau kedua pemuda yang tersebut yang tidak lain adalah Lawa dan Kusa merupakan anak-anaknya sendiri.

Akhir riwayat

Atas permintaan Rama melalui Lawa dan Kusa, Sita pun dibawa kembali ke Ayodhya. Namun masih saja terdengar desas-desus kalau kedua anak kembar tersebut bukan anak kandung Rama. Mendengar hal itu, Sita pun bersumpah jika ia pernah berselingkuh maka bumi tidak akan sudi menerimanya.
Tiba-tiba bumi pun terbelah. Dewi Pertiwi muncul dan membawa Sita masuk ke dalam tanah. Menyaksikan hal itu Rama sangat sedih. Ia pun menyerahkan takhta Ayodhya dan setelah itu bertapa di Sungai Gangga sampai akhir hayatnya.